kabut merengkuh jiwa ku
mendinginkan sepasang paru-paru
membekukan napas seketika ia turun
sekalipun mengecup muka bumi dengan lembut
merangkapi raga dengan tumpukan kain berjahit
semuanya merangkap permukaan kulit dengan sempurna
namun tetap saja , jiwa ragaku dibuat beku dan sesak
dengan segala kelembutannya
lisanku meracau dalam tidurku yang tak juga bisa dibilang lelap
mataku terjaga sekalipun aku terpejam
telingaku diteriaki dalam mimpi singkatku
mataku berlinang dalam alunan tawaku
kenapa begitu membekukan dalam kelembutan ?
jiwaku berkabut , lantas aku lupa bersyukur..
lupa akan nikmat napas yang masih bisa kuhirup dengan mampetnya hidungku
lupa akan nikmatnya memiliki orangtua yang lengkap
lupa akan nikmat iman dan jalan yang IA tunjukkan
lupa akan nikmat makan yang tak dipersulit
lupa akan nikmat pendidikan yang tak terhambat biaya
aku nyaris melupakannya hanya karena jiwaku dirudung kabut tipis
kabut tipis !
jika dibandingkan dengan kabut-kabut makhluk lainnya
kabut ini masih tergolong tipis sekali
ya Tuhan ... aku sadar aku khilaf , ampuni aku ..
kini aku malu untuk mengeluhkan kabut tipis ini
jika mengingat semua nikmat yang bahkan tak mampu kuingat
setiap napas yang selalu kuhirup
setiap cinta dan doa yang terus mengalir dari orang tuaku ..
Tuhan , kumohon berikan aku mentari untuk kembali mencairkan hati ini
mencairkan emosi ini
mencairkan jiwa ini ..
jikapun tidak sekarang , tidak apa-apa ..
selama Kau tidak bosan aku datangi dalam doaku ..
jangan pernah jauh dariku ..
aku tak ingin terjebak dengan jiwa yang berkabut ..