Jumat, 21 Desember 2018

Racau Temaram - Tentang Usia # SEPEREMPAT ABAD

Ya ! dua puluh lima sudah, alias seperempat abad saya menghidupi bumi sebagai 'manusia'- katanya. 
Bagaimana rasanya ? jawabnya.. (jujur)
"enggak gimana-gimana". 
Tapi, ada banyak hal yang kupikirkan sejak beberapa bulan, minggu, bahkan hari menjelang "seperempat abad lyfe". REFLEKSI. 
Benar, ini tahun ke dua saya 'milad' di 'luar' zona nyaman- di luar bayangan. 
Semakin ke timur, semakin jauh, semakin syahdu... begitulah sensasi 'refleksi' kali ini.

Ada beberapa hal yang ingin saya bagi, lepas dari berapapun usia kalian, entah apa pula yang sedang kalian lakukan di lain tempat di belahan bumi yang sebelah mana- dan apapun yang sedang kalian hadapi dan rasakan... 

25 bisa dibilang usia yang lucu, seakan menjadi 'pos pendakian' pertama di pendakian kehidupan cukup diistimewakan oleh cukup banyak kalangan. "Tahun Perak" katanya (begitu istilah yang dipakai bagi pasangan yang telah menikah mencapai 25 tahun). Usia yang tidak bisa dibilang 'pemuda saja', bukan remaja, dewasa baru masuk, namun belum cukup tua untuk dibilang 'bijaksana'.
'twenty something' yang awalnya dirasa cocok, tapi sepertinya juga tidak. Yah~ balik lagi ke persepsi masing-masing ya...
Yang pasti, nggak sedikit yang ndadak ketar-ketir di usia ini. Entah kenapa. 

Dari sekian banyak 'doa' dan ucapan ulang tahun, saya menemukan satu hal yang unik... ada yang bilang seperti ini. 
"Kehidupan menjadi lebih serius, (mulai) sekarang". Saya tertahan cukup lama di kalimat tersebut, seakan diberi sambutan 'selamat datang' dengan realita yang lebih kaku dan berat.
But, seriously... 
25 enggak se-seram itu ! ;)
it's depend on your self, actually. 

Saya pernah merasa aneh sendiri, hingga akhirnya nekad bertanya ke beberapa kawan soal apa yang mereka rasakan di usia seperti sekarang (kami sebaya). Entah kenapa saya merasa justru semakin menuju seperempat abad malah semakin bersemangat akan banyak hal. Tidak ambil pusing akan omongan manusia lain, drama musikal kehidupan, juga luka dan soal mewujudkan mimpi-mimpi yang sempat tertunda. 
Waktu itu saya tanya begini,"Aneh ndak sih, kalau diusia kita sekarang, kok makin kerasa fearless ya?"
dan rata-rata menjawab, " iya, aku juga". Mereka bilang "rasanya justru 'on fire' banget kan ?"
nah, mungkin itu juga alasan kenapa usia-usia segini dianggap 'usia paling produktif'.
Mungkin, kalian juga merasakan hal yang sama (?)

Diusia ini, 
Kita sudah cukup paham (minimal) SETENGAH dari diri kita - siapa diri kita, orang macam apa kita ini, bagaimana kita mampu berefleksi atas segala hal dan bisa bertahan sejauh ini, apa yang kita impikan, apa yang kita ikhlaskan, bagaimana caranya untuk tidak sekedar bertahan hidup tapi melakukan sesuatu untuk bergerak dan menggerakkan, serta satu lagi yang tidak boleh ketinggalan... melakukan hal-hal 'gila' yang sempat tertunda karena rasa takut di masa sebelumnya (termasuk melawan hal-hal formal yang selama ini dilakukan untuk menjaga perasaan makhluk lain), BEDANYAAAA, berbuat hal-hal tersebut dengan terima semua konsekuensinya. Mungkin juga asa yang dulu sama sekali tak mampu terbayangkan untuk mewujudkan karena begitu banyak 'takut' dan 'pertimbangan' demi orang lain.

Enak kan ?
Hah ! begitulah kira-kira rasanya. 
Dengan catatan --- kita sudah paham bahwa semua hal punya sebab akibat dan resiko harus diambil baik ataupun buruk. Ya.... BERANI tak hanya modal nekad. 
Karena diusia ini juga, rasionalitas lebih terbangun dan 'cor-corannya' sudah mengering. Tahu kan ?


Lalu, Bagaimana dengan tuntutan ?
Kalau tuntutan, memang akan selalu ada-berapapun usiamu- 
bedanya, kini kita sudah dipandang 'cukup dewasa' untuk memilih jalan kita sendiri (asalkan kita memang menunjukkan kepada para 'tetua' yang khawatiran bin posesif itu, bahwa kita memang punya mimpi dan berani untuk berjuang menjadikannya nyata.

Kalau diingat-ingat, terlalu banyak hal yang saya bantah hingga titik ini. Boro- boro bisa keliling nusantara, keluar pulau saja tidak boleh. Jelas saya 'mekso', wong saya atos og ! >_<
gimana ?
saya tulis surat buat orangtua saya- waktu itu saya masih SMA. Saya bilang "Aku mau diperlakukan sama dengan kedua kakakku, biarkan aku jadi anak panah terakhir yang melesat kencang, aku nggak ingin jadi pajangan hanya karena aku anak ragil di keluarga ini"
modyaarrrr raaa ! 

Benar kalau ada yang bilang;
"satu hal yang paling kubenci dalam perjuangan meraih mimpi adalah saat aku harus melawan orangtuaku"
 
don't you feel it ?

Well... beda lagi soal tuntutan 'NIKAH'. ini yang banyak bikin orang (kebanyakan perempuan) ketar ketir. TAPI YA ITU TADI SHAYY. 
Entah kenapa, diusia ini -asalkan kita tidak termakan sekitar ... justru akan lebih fokus dan membara mengejar hal-hal yang sebelumnya dianggap mustahil itu. Berapi-api yang dijelaskan diatas tadi, terjadi di masa ini. 
Tidak, aku sendiri tidak bisa bilang kalau 'jadi anti' dengan hubungan... bukan... ada hal lain yang rasanya 'memakan lebih banyak ruang' ketimbang harus terjebak dalam drama percintaan yang sungguh - melelahkan. 
Karena, tidak bisa dipungkiri... kita harus mensingkronisasi energi, sedangkan pada kenyataannya belum tentu hubungan yang sedang kita lalui itu dengan 'sumber energi' yang tepat. 
Sehingga tidak jarang, energi kita terserap banyak namun tak mampu menyerap, ataupun sebaliknya .. jangan-jangan kita yang terlalu banyak menyerap energi pasangan. 
Dan itu SANGAT MEMBUAT LEMAS LAHIR BATIN. 
"Karena sungguh,  menemukan Letter C itu tidak semudah bayangan"
**C + C = O [synchronized]
((LOL))

Akan ada masa dimana orangtua mulai ngungkit 'umur' dan 'kematian' untuk menekan kita agar mulai memikirkan pernikahan. Sooooo classic . Memusingkan atau tidak, itu juga PILIHAN. Percayalah, jika benar-benar tahu untuk apa kita hidup di bumi, akan muncul banyak hal yang sesungguhnya lebih urgen dan penting ketimbang 'kawin dan punya anak'.

Mungkin tiap orang akan berbeda dalam memaknai "25" ini. Tergantung bagaimana kita tumbuh selama ini, berpikir, terstimulan, dan berkembang di lingkungan macam apa. Itu juga yang mempengaruhi daya tahan personal terhadap tekanan atau tuntutan dari luar. 
Toh kita bukan lagi remaja yang bisa dimarah dan diatur terus-terusan, remaja pun bisa memberontak, bedanya sekarang lebih diplomatis dalam menyampaikan perbedaan pendapat dengan para tetua. 
Ya nggak ?
Biar sama-sama 'senang'. atau minimal ' diizinkan ' walau tak sesuai harapan awal.
Sehingga tidak menyesal dimasa depan. 
Pun jika diungkit-ungkit dengan 'ancaman usia'... kita tak pernah tahu- apakah benar mereka akan pergi lebih dahulu atau mungkin kita ?
Jika berpikir rasional sampai disitu saja, maka kita bisa menyanggah beberapa 'ancaman' tersebut dengan baik. (mudah-mudahan) ehhehehehe

Ahh.. random banget. 
dan disini sudah nyaris 23:00 WIT 
well, kapan waktu dilanjut lagi. 
ini bukan 'sok-sok mau ngajari' atau kasih motivasi...

cuma mau kasih cerita versi sini- bahwa ...
kehidupan sebenarnya itu memang Chaos. Berapapun usia kita. Itu kenapa saya ndak percaya dengan quarter life crisis . karena krisis kehidupan, bisa menyerang SIAPA SAJA KAPAN SAJA UMUR BERAPA SAJA. dan saya banyak buktinya. (ada di tulisan sebelum2nya)

met rehat !

love love,

SAYA.