Kamis, 18 Juni 2015

' kebangkitan ' - ASING

turbulensi besar mengoyak dunia yang ku rawat dengan baik
porak-poranda, air mata entah berapa banyak terbuang
hingga mungkin habis dari sumbernya
berteriak namun hening yang merefleksi kencang
menghempasku keras,
aku mati.

kadar gelombang  menipis
lambat laun kurasai kembali reseptor di wajahku, kepala,
merambat perlahan hingga ujung kaki
roh ku dimasukkan kembali
ini bukan reinkarnasi

aku hidup kembali
syaraf diotak berkerja lebih baik, kurasa
motorik kembali dengan ceria dan baik-baik saja
lebih aktif nyatanya
namun kini ada yang berbeda.

aku dikutuk
untuk menjadi makhluk asing di bumiku sendiri
mendengar apa yang tidak terdengar
melihat apa yang tidak terlihat
menyentuh segala yang tak terjamah
dan hidup berdua tak terpisahkan dengan satu makhluk aneh
yang tak kukenal sebelumnya.
"jiwaku"

sejak kebangkitan dari mati itu
rasa takutpun musnah
seperti menjadi sosok yang baru kukenali
dimana tak ada yang mampu memahami seperti diri
dan tentu saja Tuhan yang membuat cerita itu sendiri

bolehkah bertanya (?)
lantas, dibagian mana
makhluk lain yang nyatanya serba sama
dalam bumi dan arus stereotype
yang melihat dalam buta
mendengar dalam tuli
dan bicara dalam bisu
berhati namun mati

atau disebelah mana makhluk lain tersebut berhak menyatakan tahu apa yang aku ketahui secara utuh (?)
sedang mereka tak mengetahui .
sama sekali


#rangkaiansajak3/4gila #psnk

Rabu, 10 Juni 2015

Anti Provokasi - Laut Begitu Adanya

ombak menjadi 'kulit wajah' yang menyesuaikan pergulatan angin di atas sana
kemudian manusia mengenal 'sang laut yang mendebur'
lalu ia berbalik lantas membentuk gelombang besar dan kecil sesuai irama angin...
manusia berpikir "mungkin laut punya seribu wajah" 
namun yang ter-ramahlah yang sering dikenakannya

sedang jauh dibawahnya laut mengalun tenang
memiliki arus sesuai kuasanya
berbisik pada terumbu karang didasar sana
bercengkrama dengan bulu babi yang katanya sensitif sekali
kakinya digelitiki jalaran rumput-rumput laut yang berisikan ikan-ikan dan udang

begitu adanya, sejak dulu hingga dunia terpecah
menyimpan sejuk dikala langit terang
membagi hangat saat rembulan merangkak keluar 
sedangkan angin tetaplah angin, ia memanas dan mendingin sesukanya
memprovokasi setiap makhluk dan pergerakan diatas sana...

namun laut akan tetap menjadi laut.
terlepas dari hingar bingar yang menceritakan keanggunan dan misterinya disekujur ujung dunia
sejauh itu pula angin tak akan pernah mampu mempengaruhinya 
bahkan sekedar untuk menjamahnya
"laut memang begitu adanya", semesta memberi aba


-selamat beristirahat, selamat bekerja

Senin, 08 Juni 2015

rindu rintik juni

"kamu selalu datang di waktu yang tepat", ujarku pelan.
mega berwarna cerah ketika kau menerjang menghampiri dalam wujud rintik romantis yang begitu manis..
"lihat pohon di sebrang jalan sana?"
dia menoleh kebelakang
"yang semua daunnya kuning itu?"
"ya... kau tau ?"
"apa ? yang kutau sejak tadi kamu tersenyum ...rasanya sudah ratusan tahun aku gak liat senyum itu"
aku tertawa geli "hahaha, lebay !"
dia pun tertawa bisu melihatku tertawa renyah dihadapnya
"gimana daun tadi ?"
"oh.. iya, aku cuma mau bilang kalau dia mengucapkan terimakasih"
"untuk ?"
"dia bilang... dipenghujung masanya, dia bisa mati dengan bahagia tak lain karena kamu datang dengan lembutnya disore perpisahan dia dan rumpun keluarganya"

"aku sudah berjanji untuk menyampaikannya padamu... kau lihat ? matanya sendu ceria... dia lagi sekarat, namun pada kebahagiaan yang utuh.. "
"aku merindukan penciptaku, katanya tadi"
"dia memintaku memberikan pendapatnya tentang mu..."

"lantas kau jawab apa ?", hujan penasaran.. ia mulai mengurangi frekuensinya dalam rintik
"kubilang... 'bahkan, jika sore ini aku harus mati... aku rela mati karena aku sangat berbahagia, mungkin sama dengan yang kau rasakan sekarang ibu daun'..."

"apa .... itu gak terlalu...berlebihan ?"
aku menyeruput es susu coklat, lantas menatapmu dalam sipu... wajahmu tak kuasa menahan malu kan ?

"enggak... seperti yang kamu bilang tadi, sudah ratusan tahun rasanya aku tidak merasakan kebahagiaan seperti tadi..."

"hahaha...."
"duh, tawamu kaku ! kita ini apa sih ?", aku tertawa geli menggodamu yang makin tersipu.
"kita ini...",kau terhenti
tawaku tercekat, aku tau mataku membelalak perlahan.. bahkan gerak pupil dapat kurasakan.

"aih.. sudahlah ! apa-apaan sih mukamu !"
aku mencoba memecah kecanggungan...
kau tersadar... dan kembali tertawa dengan cerita-cerita senja yang kau bawa setelah sekian lama aku mengabaikannya.

kita tau...semesta bersuka cita akan kita, aku yang menantimu seperti dulu, dan kau yang tak lelah datang dengan menepuk rindu di kepalaku yang nyaris beku. aku yang selalu jadi rumahmu, bahkan di kala juni menguji lewat ritme yang sedikit... uh ! menyebalkan.

sepertinya... aku jatuh cinta
bukankah aku selalu jatuh cinta padamu ?
tapi kali ini aku benar-benar seperti saat masih awal dulu...
aku jatuh cinta padamu...
aku tau kau pun tau

kita selalu sulit mengatakannya dalam bahasa normal selayaknya manusia lainnya tapi kita selalu tau- paling tau ...kenapa Tuhan menjadikan kita ADA.