Minggu, 26 Juni 2016

PERTEMUAN (2)

aku mendapatimu tersenyum lega, sambil menatapku yang sebelumnya tak manyadari kalau sedang ditatap, tentunya

"menangis sajalah, kalau aku membuatmu terharu"
Ia terkikik. Geli.
"kamu tau, kamu orang kedua yang kuajak bicara sebulan terakhir"
aku menutup menu, menggeserkan pena dan kertas pemesanan kearahnya
"ingat...kali ini aku muncul sepenuhnya sebagai seorang sahabat, jadi gak perlu diambil perasaan"
"iya... aku tau"
"aku sudah lama vakum dari dunia percintaan yang ahevlah ehevleh (*bla-bla)"

senyumu mendadak tak enak.
"maaf ya..."
aku beranjak cuci tangan.
"senang ?"
"aku senang, karena cuma kamu temanku sekarang,"
"iya, tentu saja. Dan kau berhutang banyak denganku, diluar semua makanan yang kupesan hari ini tentunya"

tak ada penolakan atau ketidaksetujuan.
kami mulai memahat dinding-dinding batu yang tumbuh entah sejak kapan, dengan berbagi kisah, dengan hinaan, dengan nasihat, dengan bujukan. Seperti mengunyah lotek setelah bertahun-tahun makan daging.
ringan. 
segar.
enak.
kita sepakat untuk urusan yang satu itu.

membahas tentang perjuangan diantara sesama kesatria, membangkitkan dengan memaki -yang kuanggap tepat dan jantan saat itu.
sesekali berubah menjadi tukang bubur yang sudah master. memberi resep untuk mengolah nasi yang sudah jadi bubur.
tak melulu sepakat dalam pemikiran, tapi "yasudahlah" toh itu pilihan dan konsekuensi masing-masing tentunya.
dan tak ketinggalan...
Memaafkan.

"aku tidak membawa sedikitpun perasaan, hari ini"
"tapi aku membawanya kemana-mana..."
tatapannya memancing untuk melibatkanku dalam trik penggoda
"jangan marah, kamu berhak melakukan itu
tapi aku juga berhak melakukan ini kan ?"
"terserah kau sajalah", aku sudah tak begitu perduli dengan apa yang kan terjadi nanti.

kami belum kenyang.
dan mencari terkaman lain yang lebih lembut dan dingin untuk membawa ke suasana yang lebih netral.

"aku akan bertarung kembali nanti"
"mulailah besok"
kita berjabat tangan, dibawah langit kemarau yang dingin 
kutepuk bahu selayaknya pria saling menepuk (paling tidak, seperti yang sering kulihat)
"semangat"
ia terlihat sekejap berpikir. lantas menahan jabatan sebelum kumasukkan telapak tangan yang dingin kedalam saku.
"tetaplah menjadi rumah untukku pulang".

aku terdiam, kini giliran semesta yang jadi gelagapan.





PERTEMUAN (1)

"Bagaimana dengan 10 tahun lagi, kau ingin  seperti apa?"
Telapak tangan kita bersembunyi dibalik jaket masing2...
Sedang menikmati persebaran aroma uap kopi diatas meja, hingga pertanyaan itu muncul.
Aku menatap. Heran
"Ini... pertama...kalinya..kan ?"
Kau tersenyum malu, karena kegelian nampak di wajahku-pastinya.
"Hmm... entahlah, bagaimana denganmu ?"
"Mungkin aku tak lagi disini.."
"Kemana?"
"Mungkin menikmati salju diluar sana"
"Aku akan ke negri domba kalau begitu", celetukku
"Itu terdengar bagus...bukankah disana sangat indah ?"
"Yep, sangat"
"kau bisa main ski terus-terusan kalau begitu"
aku meng-iya kan

Aku yakin, kali ini Tuhan mencoba menyampaikan sesuatu. Begitu ajaib yang kualami hari ini.
Aku mengelupas lapisan dibawah kulit ari milikmu. Tak sengaja melihat putih tulang malah (!)
Aku melihat lelehan dari sebongkah batu.
Sebuah pengakuan.
Dan rasanya, semua itu lebih dari cukup,
Untuk tema kepulangan akan sebuah rindu yang tertunda.


"Tapi...apakah kita akan... bertemu ?",tanyamu
Aku hanya mampu berikan sunggingan senyum.
Aku bersumpah ini refleks(!)
"Bisa kah ..."
"Kita lihat saja nanti..."

Jumat, 10 Juni 2016

Sayap - Sayap yang Terselamatkan

Hingar bingar ... mereka membisik dan menghardik dari berbagai sisi disetiap masanya
Entah muncul dari mana

"Kau...tak usah bermimpi, percuma"
"Apa gunanya melakukan ini itu ? Kamu takkan bisa mengubah kenyataan"
"Tidak usah tinggi-tinggi bermimpi, nanti jatuhnya sakit"
"Kamu, takkan pernah bisa"

Tak sedikit yang berusaha patahkan sayap yang tumbuh dipunggungmu, penjahat-penjahat keji itu mungkin saja mengikatnya, melukainya, mencabiknya.
 Jika sampai direlakan begitu saja, mungkin tidakkan pernah bisa apa-apa
bahkan hanya untuk belajar terbang seperti saat ini atau nanti

Kemudian, Tuhan memberikan hadiah atas usahamu,
Jiwa-jiwa baik pun muncul silih berganti
Mereka semakin banyak entah darimana datangnya
Mereka jiwa-jiwa yang tau apa fungsinya Tuhan ciptakan sayap untuk anak cucu adam

Mereka ada untuk saling percaya
Untuk selalu berprasangka baik pada NYA
Apatis tak pernah singgah dilisan dan hati
Bermimpi tinggi bukan hanya untuk menjadi manusia langit
Mempunyai mimpi bagi anak-anak bumi seperti bentuk syukur dengan Maha Pencipta
Dan mewujudkannya sebagai bentuk percaya pada kuasa besar Nya