Kita bergerak beriringan
Aku melihat kaki telanjangmu
Begitupun dengan kamu dan mereka
Masing-masing kita pasang ancang-ancang
Melawan nyeri, panas, dan takut di telapak kaki yang menjalar ke ubun-ubun
Bersiap terbang dengan ataupun tanpa sayap
Memburu waktu memburu harap
Mempercayai tali temali yang dikira benang berwarna merah
Dengan ataupun tanpa adanya nyali
Kita siap terbang dan terima resiko mati
sekedar wadah untuk 'perbuatan' tanganku yang pecicilan , beberapa buah pemikiran yang terinspirasi oleh apapun dari jiwa yang begitu terpesona dengan kehidupan , setiap detail rumit dan mudahnya ... selamat mencicipi kisah para reseptor dan emosi dari tangan yang masih begitu 'mecicil' dan liar ...
Rabu, 27 Januari 2016
Senin, 25 Januari 2016
Puisi
Kau bilang aku lautan, hujan, angin, kemarau, awan, hutan, bahkan ilalang yang liar dan bergoyang jika tertiup hembusan
Kau susun aku sedimikan rupa menjadi bait-bait sastra penerjemah rasa...
Nyatanya, Kamulah puisi yang sebenarnya.
Kau susun aku sedimikan rupa menjadi bait-bait sastra penerjemah rasa...
Nyatanya, Kamulah puisi yang sebenarnya.
Minggu, 24 Januari 2016
Berbagi
" izinkan aku berbagi mimpiku
Janji yang kubuat untuk diriku sendiri
atau mungkin dapat kau terjemahkan
Sebagai harap dan doa yang ku aamiini sambil upayakan untuk nanti "
Janji yang kubuat untuk diriku sendiri
atau mungkin dapat kau terjemahkan
Sebagai harap dan doa yang ku aamiini sambil upayakan untuk nanti "
Rabu, 20 Januari 2016
MAAF
Tak perlu buru-buru minta maaf
Jika belum benar-benar ingin minta maaf
Dan tak perlu buru-buru memaafkan
Jika belum benar-benar sanggup memaafkan
Karena keduanya sakral
Butuh keberanian dalam pengakuan dan keihklasan total dalam melakukan
Kau tau apa itu ikhlas ?
Ilmu akan penerimaan secara totalitas yang tiada akhir.
Sungguh, Manusia tak seluas permaafan Tuhan...
jangan pernah membandingkan.
Ampuni kami-Mu wahai Tuhan,
Kami-Mu yang begitu kecil, egois, dan serba sempit ini.
Jika belum benar-benar ingin minta maaf
Dan tak perlu buru-buru memaafkan
Jika belum benar-benar sanggup memaafkan
Karena keduanya sakral
Butuh keberanian dalam pengakuan dan keihklasan total dalam melakukan
Kau tau apa itu ikhlas ?
Ilmu akan penerimaan secara totalitas yang tiada akhir.
Sungguh, Manusia tak seluas permaafan Tuhan...
jangan pernah membandingkan.
Ampuni kami-Mu wahai Tuhan,
Kami-Mu yang begitu kecil, egois, dan serba sempit ini.
Mahluk 'abadi'
"Kamu pernah melihat manusia yang mencintai kematiannya ?", Tanyanya tiba-tiba. Kaki-kaki telanjang kami masih menggantung, berayun bersenggolan dengan angin.
"Yang seperti apa ?", mataku menatap siluetnya yang membelakangi matahari yang menyelinap pamit.
"Manusia-manusia yang jatuh cinta dengan dalam, makhluk rapuh itu membuat dirinya jatuh sejatuh jatuhnya ... Tapi kau tau apa ?"
Untuk keseribu kalinya pupil kami saling bertemu. Mataku tak terpenjara ingin mencongkel segala Yang terlihat didalam tatapnya -entah kenapa selalu seperti itu
"... Mereka mampu merubah kematian itu menjadi keabadian yang baru..."
"... Apa rasanya ...seperti yang 'ada' saat ini ??"
NB : selamat bermalam jijay~
Love, Nona PSNK ❤
"Yang seperti apa ?", mataku menatap siluetnya yang membelakangi matahari yang menyelinap pamit.
"Manusia-manusia yang jatuh cinta dengan dalam, makhluk rapuh itu membuat dirinya jatuh sejatuh jatuhnya ... Tapi kau tau apa ?"
Untuk keseribu kalinya pupil kami saling bertemu. Mataku tak terpenjara ingin mencongkel segala Yang terlihat didalam tatapnya -entah kenapa selalu seperti itu
"... Mereka mampu merubah kematian itu menjadi keabadian yang baru..."
"... Apa rasanya ...seperti yang 'ada' saat ini ??"
NB : selamat bermalam jijay~
Love, Nona PSNK ❤
Senin, 18 Januari 2016
Hujan di awal kemarau
Kau tau hujan diawal kemarau
Enggan pergi meninggalkan daratan dan pepohonan yang basah karenanya
Tak bisa dilarang
Tak sepenuhnya kau tolak
Didalam lubuk hati
Kau menginginkannya tinggal
Meski kemarau telah datang
Menyebarkan persona semerbak dedaunan kering yang gugur menggoda petugas kebersihan
Enggan pergi meninggalkan daratan dan pepohonan yang basah karenanya
Tak bisa dilarang
Tak sepenuhnya kau tolak
Didalam lubuk hati
Kau menginginkannya tinggal
Meski kemarau telah datang
Menyebarkan persona semerbak dedaunan kering yang gugur menggoda petugas kebersihan
Selasa, 12 Januari 2016
Kau - dalam Analogi
Kau ibarat kemarau panjang yang berubah jadi rintikan hujan, lalu awan berserakan, kemudian langit yang biru, selanjutnya hutan belantara, lantas menjelma menjadi apa saja tanpa kuasa ku menahan ataupun memintanya.
Dan aku akan selalu jadi filsuf sekaligus penyair muda yang percaya diri menjelajahi belukarmu dan terus mencoba menerjemahkanmu dalam berjuta makna, didalam hingga diluar logika.
Yogyakarta, 12 Januari 2016
Dan aku akan selalu jadi filsuf sekaligus penyair muda yang percaya diri menjelajahi belukarmu dan terus mencoba menerjemahkanmu dalam berjuta makna, didalam hingga diluar logika.
Yogyakarta, 12 Januari 2016
Langganan:
Postingan (Atom)