Rabu, 28 Januari 2015

kabut

lubang hidungku tak cukup besar untuk menangkap berbagai aroma pagi itu
melawan arus angin dengan kecepatan

"hey !!!"
mereka panik ketika mentari meneriaki
kabut yang turun dari semalam
mencumbui pepadian dimuka bumi yang centil menggoda...

"haah.. darah muda !"
buru-buru awan tipis nekad itu menguap keatas.. membaur dengan muka polos dan terbang tinggi sebagai partikel yang lebih halus dari sebelumnya
tujuannya satu -segera kelangit !-
dikiranya sang surya tak pernah muda


benaknya diisi angan obsesif akan cinta pertama dan sejati
"hahahaha"
dia berharap segera mengepal bersama uap lainnya
berarak dari atas ke bawah
kembali turun dengan naluriah, kepolosan beserta kebodohan ala sosok muda belia

menemui kisah cintanya yang baru saja ia mulai
berpeluk dalam rindu
berselimut penuh asa
menyatu dengan syahdu


Senin, 26 Januari 2015

mesam mesem

"sekarang kau sudah bisa tenang ?"
dia selalu saja menyelipkan cekikikan renyah DENGAN TEPAT
aku tersenyum pita kupu-kupu . begitu kira-kira
karena aku tak tau apa bedanya dengan senyum simpul

mulutku tak mengeluarkan suara apapun
namun senyum ini tak bisa lepas daru wajah
kugenggam teralis besi dengan aksen melintir itu.. menempeklan wajahku diantara besi teralis .
mengendus seperti anak kucing yang malu malu mendekati ikan goreng di depannya

mesam-mesem !
selama itu
kami hanya menatap
dan mesam-mesem

Sabtu, 24 Januari 2015

dosa

terengah..
tersadar tengah diatas kasur yang semakin tipis dimakan masa berikut massa
terbangun dari  mimpi yang entahlah kenapa terasa begitu nyata

angin meniup dingin
"jendelanya !"
teriakku dalam diam
mata dan nalar menangkap logika
namun tubuh enggan untuk bergerak menutupnya

BRAAARRSSS
miliaran butir air jatuh dari langit
menusuk epidermis bumi bertubi-tubi
terperanjak dari kasur
seketika berlari menghampiri bukaan 1x1,5 meter itu

dia tersenyum
seperti 'kemarin'
entah berapa lama 'kemarin' dan berapa banyak kemarin yang kulewati
namun dia selalu disana tersenyum teduh
seakan 'kemarin' adalah kemarin

aku malu.
aku tau aku yang mengabaikannya diantara hari-hari 'kemarin'
"sudah cukup berkelananya ?"
tanyanya singkat
aku menunduk saja. tak berani menatapnya

namun hembusan dingin mengusap wajahku lembut
"tidak apa-apa ... reseptormu butuh pencecapan rasa", lanjutnya bijak dengan nada yang menghanyutkan

rasanya aku seperti rontokan daun kering di atas tanah yang tergiring menuju kubangan banjir didepan rumah
siap menuju siring dan berlayar diatas sungai
ingin hanyut saja ! bersama seluruh rasa bersalahku

"maaf, aku berbuat dosa"

"berbuat dosa ? bagiku itu bukanlah dosa , sayang...", dia tertawa renyah dari balik jendela

"tapi..",nadaku merengek dalam ...
malu dimaafkan begitu saja

"bukan masalah ... sama sekali...
aku tau betul, kamu mecicil dan liar"

"maaf..."

"apa yang perlu dimaafkan ? dan siapa yang salah ? tidak ada..."

aku mendongak. meski segan.

"karena pada akhirnya...aku akan selalu jadi 'rumah' untuk kau pulang.."

"bukannya ... aku rumahmu itu ?",tanyaku memberanikan diri

"keduanya. kita rumah bagi satu sama lain"
dia menatapku dalam..
mengkuiliti kerak kebencian dijiwa
yang mengerigisi diri sendiri beberapa hari
seketika memberi gambaran masa depan dengan penuh asa.
kuyakin bahagia.



Jumat, 23 Januari 2015

bintang

suatu ketika aku bertanya soal bintang
kenapa banyak orang di muka bumi memujanya ?
padahal ia jauh diatas sana.
hanya setitik pijar dalam jumlah yang banyak...
kenapa pula bintang selalu jadi perumpamaan tingginya asa anak manusia, hingga terkesan sulit sekali menggapainya ???
entahlah ...

lalu , apakah karena bintang banyak pemujanya lantas bintang menjadikan dirinya rendah dan menempel manja ke orang-orang dibumi ?

semua orang mampu membeli replika, lampu dengan sinar khusus hingga membawa 'kembaran' sang bintang ke langit-langit rumahnya
namun .. akankah sama ? akankah efek cahaya itu mampu disamakan indahnya dengan yang aslinya ?

jelas tak bisa disamaratakan .. antara yang dicintai karena keindahan alaminya
dengan tipuan mata belaka.
coba saja kau tanyakan dan jawab sejujur-jujurnya ...
ke dalam jiwamu .
"apakah sama ??"

berhentilah menyakiti dengan menyama rendahkan sesuatu yang baik kedalam hal yang tidak lebih baik bahkan tak layak.. sedang hati kecilmu berkata.. itu tidak layak.
mengertilah... pahamilah .., sayang



Minggu, 18 Januari 2015

kesatria

berlari membelah lautan manusia
menyisiri ilalang keraguan yang menjulang sampai langit,
menutupi dengan kekhawatiran yang mendramatisir mimpi dan harapan
mengambil serpihan kemungkinan yang digali, mengerahkan seluruh kekuatan
mencari dimana kesatria sejati berada
berharap tak ada lagi yang bisa sakiti diri

pada akhirnya, terjatuh tepat di depan kubangan air yang tenang, sisa hujan semalam...
matanya tertuju pada cermin alam itu
air memberi aba-aba
sengaja bergeming
merefleksikan sosok kesatria yang dicari-caruselama ini...

ia ada...benar-benar ada...
menggenggam erat jiwa
mencairkan rasa yang terlanjur beku,
menjahit rajutan yang kadung terlepas,
memperjuangkan apa yang layak diperjuangkan .
dan ia bersemayam kokoh dikerajaannya
'didalam sini'.