Minggu, 22 Februari 2015

rambutan

siang memperingati lagi
"tak perlu bernyanyi !"
bahkan dia bosan dengar melodi sumbangku
tapi rasa bosan ini begitu mencekik dan memeras batin hingga kering seperti jemuran di luar sana...
"ada rambutan"
bisikan gaib tiba-tiba menghibur perut untuk kenyang tanpa pusing meninggalkan lemak.

satu persatu dikupas dengan yakin
pikiran tergelitik karena ekspektasi rasa dan segala sensasinya
"haha ! busuk !"
siapa yang bicara 'busuk' ?
siapa yang busuk ?
hentikan !

"naif !"
siapa itu ?
aku hanya berdua dengan diriku disini
mengupas rambutan yang tak sesuai ekspektasi . itu saja !
lalu dengan bahagianya makhluk itu muncul diantara jemariku, rambutan dan jemari tangan satunya.

hiiiiiy !
"hai"
baiklah ... pak ulat !!!
hai jugak, aku tak tau harus bilang apa setelah begitu banyak hal yang begitu naif dan abstrak akhir-akhir ini..
satu saja pertanyaan ku untuk mu
"woohhoo. pertanyaan apa itu ?"
aku akan bertanya baik-baik dengan nada menyenangkan buat kita..

"haruskah aku makan rambutan ini bersamamu atau aku harus memakanmu...?"


#edisi musim rambutan
22 Februari 2015 , kontrakan tosca, Sleman

Kamis, 19 Februari 2015

tersedak logika

tersedak logika .

seperti mengunyah rebusan sayur tanpa kesetalian rasa di urat nadinya,
lantas kau kunyah dengan cocolan bumbu kacang, mayonaise dan saus sambal, serta tetesan air yang terbawa dari rebusan.

alih-alih menjadi pendamai
namun membuat keadaan semakin absurd bukan pula memuntahkannya
justru membuat mulut tak henti ingin rasakan sensasinya

buatmu gila dan semakin tergila-gila . tersedak logika !

Sabtu, 14 Februari 2015

gadis dan badai

hujan datang bersama badai. ngamuk
emosi berkecamuk...
namun gadis itu tetap tenang, menyiangi tunas-tunas baru di pot miliknya
bergeming...

seketika air dari langit meronta menerpa tubuh semampainya
angin yang kuat mendorongnya kebelakang...
memaksanya masuk ke dalam mencari kedamaian yang begitu hangat
tetapi ia tak beranjak sedikitpun dari tempatnya

matanya kelilipan tanah yang ikut terhempas bersama segenap emosi barusan
perlahan ia mengerdipkan kelopak matanya
dan pandangannya membaik
gadis itu tertawa ringan, tak menghiraukan

suasana menjadi-jadi ...
atap-atap seakan siap diterbangkan
dan dia berlari menantang halilintar
liar menari dinaungan badai
kakinya seolah terikat kuat dengan tanah
buatnya yakin semuanya baik-baik saja

"akulah anak bumi !" teriaknya lantang pada langit, lantas tertawa terbahak-bahak menelan banyak tetes air hujan

Kamis, 12 Februari 2015

jangan mati

kau dengar ketukan tadi pagi ?
iya... ketukan yang dalam itu
tidakkah menggetarkan sukma mu ?
suara itu yang membangunkanku dari kematian pagi ini

lalu kau rasakan sinar itu ?
yang datang menghardik dalam diam
ia hanya sebentar menghampiri
lalu pergi meninggalkan gosong di kulitku

malam ini
mereka datang bersamaan
berkolaborasi dalam bentuk kelam ditengah pekat
disusul suara gemuruh yang takkan mampu menyaingi
mereka yang tercepat !
pertama kakiku, badan, hingga akhirnya otakku dibekukan dalam sekejap

aku tanya kenapa harus begitu ?
mereka bilang...
cuma tak ingin aku terjaga .
"tidurlah ... tapi jangan sampai kau mati", serunya
aku akan mengetuk jendela beku itu pagi - pagi sekali.
sebelum surya menyambutmu

Jumat, 06 Februari 2015

SRIWEDARI 1

tali-tali baja menegang menghadapi siang yang makin mencubit hingga epidermis
tanya jawab bergulir dihantar udara dari dua tiga empat  lima bibir didalam gerbong kereta (mungkin lebih? )

menggores jemari dan menjahit ikatan psikologis singkat berbahan etika dan cinta
si tokoh bilang "berbuat kebaikan itu bikin nagih"

kalimat sakti itu mengiang sekokoh dan sepanjang rel kereta yang dihempas roda besi yang menua
ciptakan sodara-sodara beda rahim dan masa