Sabtu, 01 September 2018

#RACAU MALAM - GURITA SAYANG

"Jika dunia meyakitimu, pulanglah ke pelukan keluargamu.
Namun, jika tentakel kesayangan justru yang melukai, kemana lagi kaki ini harus berlari pulang ?
Kemana tubuh ini menjatuhkan pelukan ?"


Cukup banyak pertimbangan dan olah kata dikepala hingga memutuskan untuk menuliskan ini...
Diantara semua tema... kisah 'cinta' ini yang paling sulit. Aku mencoba melihat dari berbagai kisah dan sudut pandang... 
Semoga keegoisan persepsi ini tetap menenangkan kalian... jiwa-jiwa yang kehilangan rumahnya untuk 'pulang'.

Berat ya ? Pasti berat.
Ingin menangis ? Tentu saja kalian berhak menangis. Sangat manusiawi. 
Bagaimana mungkin membenci dan mencintai di waktu yang bersamaan ? 
MUNGKIN SAJA DAN MEMANG MEMUNGKINKAN untuk melakukannya bersamaan. 

Orang bilang "darah lebih kental daripada air". Tapi perlu diingat, darahlah yang menyimpan seluruh 'informasi' secara turun temurun, akan sebuah revolusi peradaban, akan kebahagiaan dan luka... ya .. luka. Lewat dara juga semua 'sakit' bisa terdeteksi, dan setiap 'virus' bisa menular dengan pasti. Seperti pedang bermata dua, saat darah itu baik maka akan baik pula fungsinya namun sebaliknya...ya kita semua tahu apa padanan katanya. 

Saat remaja dulu, saya pernah membaca di salah satu seri 'Chicken Soup' tentang "GURITA KESAYANGAN"- sebutan untuk "Keluarga".  Ada sebuah kalimat yang kurang lebih seperti ini. 

"Keluarga ibarat gurita kesayangan, terkadang kau benar-benar ingin lepas tapi tidak benar-benar lepas dari tentakelnya"

Seorang saudara juga pernah berkata seperti ini, "Ada beberapa takdir yang tidak bisa kita ubah, antara lain kelahiran, jodoh, dan kematian. Kita bisa memilih pada benang merah mana kita terikat, pada takdir mana kita terpaut, kita bisa memilih teman dan kerabat yang sesuai dengan kita, sayangnya tidak dengan keluarga, kita tak pernah bisa memilih pada keluarga mana dan macam apa kita di lahirkan"

Benar...
Kenyataannya memang seperti itu.
Kita terikat sebuah takdir yang tidak bisa kita ubah sehingga "Hate-Love Relationship" itu benar-benar seringkali kita alami. Dangkal ataupun dalam, baru-sebentar ataupun jangka panjang.

Tidak jarang saya merasakan patah hati tiap kali mendengar kalimat , "aku anak broken home, ayah ibuku bercerai".
Sayang... sungguh menuliskannya saja rasanya ingin menangis....
((siapapun yang mengalaminya di luar sana, kalian tidaklah sendirian. percayalah sayang..)
Dan...'broken home' tidak melulu akibat perceraian, bahkan banyak sekali manusia lain di muka bumi ini yang 'broken home' dalam keluarga yang utuh. 
Ya... begitulah kenyataannya. 


Pasti banyak, yang telah dan masih berjuang menghadapi hal terkait gurita kesayangan, mencoba mengatasi dan mengelola konflik dalam mangkuk takdirnya masing-masing. 
Berusaha.... berdoa... berusaha... berdoa... terus menerus. Tentu saja dengan air mata yang tak terbendung ataupun yang terisak dalam persembunyian. 

Terkadang kita berada di titik terendah dalam kepercayaan diri bahwa kita mampu mengahadapi semuanya, tak jarang kita membebani diri seakan kitalah yang bersalah dan satu-satunya solusi (tapi kenyataannya tidak sepenuhnya benar).
Ingin mempercayai orang lain namun malu akan aib darah sendiri... tapi tidak tau kemana lagi melampiaskan keluh kesah selain dihadapan NYA- sang sutradara yang memberi takdir. 

Percayalah, kalian tidak sendirian...dan yakinlah kalian kuat... pasti kuat, akan selalu kuat. Selama kalian menghadapi dengan seluruh daya dan serah pada Nya. 

Pernahkah berpikir seperti ini ?

"pada akhirnya cepat atau lambat, untuk waktu yang sebentar atau sampai akhir hayat, kita akan berjalan sendirian... dan kita pun tidak akan berbagi liang "

Ya, pada akhirnya... semakin sering kita diuji dengan kehadiran, suka-duka, dan kehilangan...kita akan paham bahwa  meninggalkan atau ditinggalkan, semuanya pasti akan terjadi. Dan sampai saat itu tiba, kita akan berlatih perlahan mengatasi tiap rasa sakit dan bahagia yang menghampiri, 
Bijaksana yang lahir dalam menghadapi setiap rasa itulah, yang kelak akan menguatkan, mengikhlaskan, dan membangkitkan jiwa dalam kondisi terburuk.

Pernahkah berpikir ?
jika apa yang kita rasakan sekarang, tidak akan mampu kita emban jika sebelumnya kita tidak pernah belajar untuk menghadapi setiap rasa yang berpapasan dengan kita ?
Dan untuk saya pribadi... 
pengalaman-pengalaman membahagiakan atau pun menyakitkan, benar-benar berfungsi sebagai pengingat bahwa 

"hai, diri... kamu pernah mengalami rasa sejenis ini tempo hari, dan akhirnya kamu melewatinya dengan baik kan ? iya kan ?"

Pasti ada hikmah. Entah untuk kita, ataupun untuk tentakel lainnya.
Mungkin kita memang tidak akan pernah tahu apa yang kan terjadi di depan nanti... namun...
siapapun kalian, dimanapun kalian...
Percayalah... yang perlu dilakukan adalah menguatkan langkah, mengatur deru napas, tenangkan pikiran, berhenti menerka-nerka, perbanyaklah berdoa untuk kuatkan jiwa, banyak berdialog dengan diri dan IA. 

Fokuslah ke dalam diri untuk melakukan dan menghandle apa-apa yang bisa diupayakan, dan "menyerahkan pada pemilik takdir" apa-apa yang tidak bisa kita upayakan lagi...

jika belum mampu menerjang...
BERTAHANLAH...


Ya... Bertahanlah...
wahai jiwa...Kuatlah... semua ini akan terlewat dengan baik...percayalah...


Dengan cinta, dan diterjang bingung harus bicara apalagi tentang 'gurita' yang satu ini..
Dalam upaya memaknai benci yang begitu ku cintai....
Berpeganglah erat dengan satu-satunya sahabat (dirimu)...peluklah ia dengan erat ( jiwamu )


"Jangan takut...jika tak ada lagi lengan dan rumah untuk pulang... Tuhanlah tempat peraduan yang paling bisa kau andalkan...hingga IA yang memutuskan mu untuk 'pulang' ...dengan inginNYA"




Yogyakarta, 01 September 2018
Hangat berdua dengan sahabatku-jiwaku. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.