Minggu, 28 Oktober 2018

#RACAU DINI HARI - PUBER TAHAP DUA

Seperti mengulang masa remaja, tetiba mempertanyakan perubahan pada diri...
Setelah tanpa sadar membuat dinding-dinding tinggi, lantas berpikir bagaimana perasaan orang-orang dibalik pagar yang mungkin sadar atau juga tidak...

Bedanya, sudah paham pada setiap kemungkinan dan konsekuensi kedepan. Lebih "nothing to lose", buruknya... menyiksa diri dengan 'pura-pura tidak peduli', dan sulitnya beradaptasi dengan 'mati rasa'.
Lega sekaligus bersalah.
Semacam itulah.

Di satu titik setelah melewati hempasan menuju dewasa, kemudian menemukan diri, tujuan, asa, luka, bangkit, jatuh, berdiri, mati, hidup lagi, melangkah lagi dengan tidak tergesa-gesa... Kita kira itulah 'jalan' yang akhirnya kita temukan dan pilih...
Kita kira, dengan pengalaman segitu banyaknya, sudah tak akan ada lagi keraguan dalam melangkah, bersikap, bertutur, berpikir.
Ya, tadinya kukira pun seperti itu.

Ternyata, dentuman itu bisa pecah kapan saja, menyambar diwaktu yang tidak kita duga dan sadari.
Ibarat sudah bersandar di sebuah pulau, kita kira tugasnya tinggal membangun rumah dan bercocok tanam di pulau tersebut. Ternyata ada badai besar dan tsunami yang harus membuat kita mengevakuasi diri.
"Pulau itu tidak aman huni".

Yang perlu disadari...
Ternyata "hidup adalah perjalanan" bukanlah mitos, dan "ujian bisa datang kapan saja" .. Itu juga bukan omong kosong.
"Perubahan itu menyakitkan",itu juga fakta.

Luka menjadi sembuh,
Sehat lalu berurai darah,
Binar tumpah menjadi air mata...
Semua itu bagian dari proses....

Dan kita, ternyata tidak akan pernah menjadi sosok yang sama,
Kecuali kita tidak belajar apa-apa dari kehidupan. Tidak merefleksi dan menerjang apa-apa yang bisa diperbaiki, atau memilah mana yang boleh dipertahankan demi kebaikan diri yang tidak merugikan orang lain.

Tidak berpikir egois kalau perubahan pada diri kita, membuat orang-orang yang dulunya mengelilingi, perlahan pergi... Lantas menyalahkan mereka. Tidak juga.

Ada kalanya kita bisa berpikir sebaliknya.
"Bisa jadi, aku yang baru tidak cukuo baik untuknya".
Ya, lagi-lagi ini soal refleksi diri.

Ah, baru ingat.
Sudah hampir seperempat abad ternyata...
Mungkin memang sudah saatnya untuk "PUBER TAHAP DUA".
Bukan puber kedua seperti yang selama ini disebut-sebut dikalangan masyarakat kita, tapi... Ini masih tentang memahami diri sendiri, kemana jiwa muda ini akan merangkak kembali, menemukan dirinya yang baru lagi, atau mengumpulkan potongan-potongan jiwa yang lain untuk dipelajari dan di-stek sendiri.

Sekali lagi, itu semua butuh waktu,
Butuh rasa total, perlu topan dan badai kesekian kalinya, dan perlu kebangkitan entah keberapa kali...

Dan dimasa depan... Mungkin akan ada tahap ketiga, empat, lima, dan seterusnya.
Entahlah,  bersiap sajalah !

Pergi atau ditinggal pergi
Dipaksa pulang atau memulangkan diri
Pada akhirnya kita harus siap dengan semua kemungkinan,
Dan tentu saja... Sendirian.

Antara egois tapi tak bisa memungkiri, kadang kita perlu ego yang agak tinggi untuk bertahan hidup di jagad yang tak berhenti menghibur dan menggurui.


Semoga lelap menyembuhkan, menenangkan, melegakan.
Selamat istirahat.

Sleman, 28 Oktober 2018
01.46 wiy




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.